Musang Pandan merupakan jenis musang yang dapat dipergunakan sebagai
alat penghasil kopi luwak. Musang ini sangat efektif untuk memproduksi
kopi karena habitatnya sebagai pemakan buah-buahan. Biasanya musang ini
akan memila-milah buah yang matang dengan sempurna untuk di jadikan
makanan. Musang Pandan sendiri memiliki berbagai macam variasi wana
seperti coklat kehitaman, atau ada juga yang berwarna coklat kekuningan
pada bagian mukanya.
Selain Musang Pandan, ada lagi jenis yang paling bagus untuk membuat
kopi luwak yaitu Musang Binturung. Musang jenis ini memiliki postur
tubuh sedikit lebih besar dari Musang Pandan sehingga diharapkan dapat
melahap buah kopi secara maksimal.
Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Musang (Betawi), Careuh (Sunda), dan Luwak atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang atau Toddy Cat. Dalam bahasa ilmiah Musang Pandan disebut Paradoxurus hermaphroditus.
Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang
berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai
harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Musang dapat hidup sekitar 22 tahun lamanya, masa sexual dewasa musang
antara usia 11-12 bulan, dan masa kehamilan musang betina sekitar 60
hari.
Musang saat ini walaupun belum punah, tetapi habitatnya sudah mulai
sulit ditemukan, selain karena reputasinya yang jelek sebagai pencuri
juga karena pembangunan yang tidak mendukung untuk tempat berkembangnya
Musang. Terkadang namanya pun banyak disematkan pada
peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang baik.
Di perkotaan
tempat yang bisa dipakai untuk bersarang Musang masih banyak di jumpai
seperti di atas plafon rumah atau kantor, tetapi daerah untuk mencari
sumber makanan yang agak sulit ditemukan oleh Musang, karena sedikitnya
pohon buah-buahan yang boleh diambil gratis oleh Musang. Mungkin karena
tidak tersedianya buah-buahan di pohon sebagai sumber makanannya, maka
terpaksalah Musang makan kepala ayam, merpati peliharaan bahkan
telur-telurnya. Inilah akhir dari sejarah petualangan si Musang karena
diburu dan kemudian di bunuh tanpa ampun. Padahal terdapat sisi
baik dari Musang yang sering disebut Luwak kalau di Jawa (Paradoxurus
hermaphrodites). Banyak yang mengenal Musang sebagai binatang yang
pandai memilih biji kopi terbaik yang setelah dimakan dan dikeluarkan
bersama tinjanya kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering
disebut kopi luwak. Sebetulnya Musang tidak hanya memakan biji kopi
saja, tetapi juga buah-buahan kecil yang lain seperti rambutan,
alkautsar, sawo kecik dsb, yang kemudian biji dari buah-buahan tersebut
akan tersebar dan dapat tumbuh menjadi pohon-pohon baru.
Ciri, dan Perilaku.
Musang Pandan
atau Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar 50 cm dengan
ekor panjang mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh Luwak
ditutupi bulu berwarna kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna
kehitaman.
Sisi bagian atas berwarna abu-abu kecoklatan dengan
variasi warna coklat merah tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai
hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna
keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di
tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Musang Pandan (
Paradoxurus hermaphroditus)
merupakan mamalia yang bersifat arboreal (hidup di pepohonan) meski
sering juga turun di atas tanah. Musang Pandan juga merupakan binatang
nokturnal yang beraktifitas di malam hari.
Musang Pandan merupakan hewan
omnivora.
Makanan utamanya adalah buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga,
pepaya, dan rambutan. Namun Luwak juga memakan telur, serangga, burung
dan mamalia kecil.
Persebaran dan Konservasi.
Musang Pandan atau Common Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus)
tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, China,
Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal,
Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.
Di Indonesia Musang
Pandan tersebar secara alami mulai dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Selain itu juga telah diintoduksi ke Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Maluku.
Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan di sekitar pemukiman manusia. Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500 meter dpl.
Populasi
dianggap masih banyak dan aman dari kepunahan. Karena itu, IUCN Redlist
hanya memasukkannya dalam status konservasi Least Concern sejak 1996.
Klasifikasi ilmiah.
Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora;
Famili: Viverridae; Genus: Paradoxurus; Spesies: Paradoxurus
hermaphroditus.